Gyananda dan belalang tempurku. Yup. Hampir setiap pagi (bila tidak hujan, tidak sedang di luar kota), sebelum aku berangkat kerja, kusempatkan mengajak Nanda untuk muter - muter sekitar rumah dengan belalang tempurku.
Lewat mini-tour itulah aku sedikit mengenalkan anakku pada lingkungan sekitar. Di rumahku, di BSB (Bukit Semarang Baru), biasanya kuajak dia untuk mengamati sekitar sambil menikmati udara pagi. Mulai dari burung yang bertengger di kabel listrik, tukang jual roti keliling, mengamati hiruk pikuk orang - orang yang berlalu lalang sepanjang perjalanan.
Selain itu, aku merasa kami menjadi lebih dekat. Di sela perjalanan, kutanyakan, "Ayahnya Mas Nanda mana?". Dengan wajahnya yang imut, sambil tersenyum, dia menunjukkan telunjuknya ke arahku. Aku jadi terharu.
Itulah ritual pagiku dengan anakku, Gyananda Rasendriya Leksono, di atas belalang tempurku.
Lewat mini-tour itulah aku sedikit mengenalkan anakku pada lingkungan sekitar. Di rumahku, di BSB (Bukit Semarang Baru), biasanya kuajak dia untuk mengamati sekitar sambil menikmati udara pagi. Mulai dari burung yang bertengger di kabel listrik, tukang jual roti keliling, mengamati hiruk pikuk orang - orang yang berlalu lalang sepanjang perjalanan.
Selain itu, aku merasa kami menjadi lebih dekat. Di sela perjalanan, kutanyakan, "Ayahnya Mas Nanda mana?". Dengan wajahnya yang imut, sambil tersenyum, dia menunjukkan telunjuknya ke arahku. Aku jadi terharu.
Itulah ritual pagiku dengan anakku, Gyananda Rasendriya Leksono, di atas belalang tempurku.
0 komentar:
Posting Komentar